Kekalahan Terbesar dan Kesalahan Terbesar
Untuk pertama kalinya setelah kembali kesini semuanya
benar-benar terasa asing, mulanya berfikir memang saya yang harus memahami
bahwa waktu merubah keadaannya, namun kenyataannya bukan hanya saya yang telah
pulang dari perjalanan jauh yang merasakannya, mereka yang tetap tinggal
merasakan apa yang saya rasakan. Mulanya pola pikir saya dipertanyakan sedari
awal kembali, tapi pola pikir orang-orang yang memilih tinggalpun kembali
mempertanyakan kepada pribadi masing-masing. Sekali lagi terutas kata:
“Tidak pernah ada kesalahan
dari salah satu sisi, semua sisi bersalah karna memiliki dan mempertahankan ego
mereka masing-masing”
Dari perkataan tersebut kembali terusik “Haruskah kita mengalah?, Haruskah kita
memperbaiki keadaan seperti sedia kala? Mampukah masing-masing dari kita bisa
melemahkan ego yang ada, hanya demi kebaikan kita bersama?” dan sekali lagi
terjawab secara lantang, tanpa perlu lagi mengucapkan, melainkan hanya
bertindak bahwa … TIDAK. Mulanya tetap memantau, tetap membiarkan, tapi
ternyata lelah ini jauh lebih cepat hadir dari sekedar terpikirkan di kepala. Ya,
semuanya lelah akan segala kejadian silih berganti, ya lelah karna tidak pernah
ada titik temu yang dapat segera terselesaikan, dan ya lelah untuk segala
perilaku unrespect anda semua kepada
kami disini, bukan … bukan saya, tetapi orang-orang yang jauh lebih senior
dibandingkan saya.
Dalam sejarah umur-pun ternyata terjadi
ditahun ini, pertama kalinya kita tidak merayakan hari jadi kita. Apakah
permusuhan sekejam itu? Sampai hanya untuk mensyukuri kalau kita telah mencapai
umur saat ini dan telah memenangkan banyak hal dalam rentang sebegini
jauhnyapun kalian enggan. Jadi apa makna semuanya? Apa makna dari kalian tetap
berada dalam nama besar ini?. Kali ini saya belajar, ternyata rasa cinta yang
besarpun tidak akan pernah bisa mengalahkan sakitnya dari perdebatan panjang
ego kedua belah pihak. Tidak akan pernah bisa mengalahkan mindset seseorang
tentang arti dari berjuang untuk rumah sendiri itu apa.
Untuk kali ini izinkan saya meminta maaf yang
sebesar-besarnya, karna sepertinya saya mulai mengikis rasa respect yang saya miliki untuk kalian.
Terimakasih selama kurun waktu 2th ini mengajarkan saya bagaimana cara membenci
rumah yang saya miliki, dan menodai makna dari hari senin kamis saya. Sekali
lagi terimakasih pelajaran yang paling saya benci, tapi saya harus telan
bulat-bulat sampai waktu yang tidak dapat ditentukan akhirnya.
Komentar
Posting Komentar