Sebelah Mata

          Bukan untuk sekali ataupun dua kali hal seperti ini terjadi, tapi terus berlanjut tanpa henti dan terus berulang sampai ada salah seorang yang sadar ataupun menolak keadaannya. Selalu seperti ini, keadaan tidak pernah menguntungkan dari segala sisinya. Tanggung jawab sudah terlalu diluar batas untuk sekedar kami semua memaksa ataupun kami ikut serta kembali. Pada akhirnya akan ada kalimat yang muncul “dan masa kalian telah habis, kita serahkan ke mereka saat ini” tapi lagi-lagi berulang, yang menjadi pertanyaan “apakah memang ini berulang atau kami yang terlalu egois untuk menyetarakan masa kami dengan segala kesulitan kami?” seharusnya dalam keadaan apapun kami tidak perlu lagi mengusik, hanya saja ego kami untuk sekedar melepaskan ataupun kesadaran kami akan “darah tetap darah seburuk apapun” tidak bisa kami lepaskan begitu saja. Seburuk-buruknya keadaan, tempat kembali akan selamanya jadi tempat kembali.
            Dari seluruh keadaan yang terjadi tanpa henti, kami disini tetap mengucapkan terimakasih yang begitu besar. Terimakasih untuk tetap menjadi penompang langkah kami, walaupun keadaan yang sulit, terimakasih untuk tetap bersedia menerima kami ketika kami hilang arah dan kadang melupakan kalian, terimakasih untuk tetap mengajarkan banyak hal baik untuk kami dari kami tidak bisa hingga kami “mungkin” bisa membanggakan kalian, dan terimakasih telah memberitahukan kami banyak rasa sakit sehingga paling tidak kami memahami apa arti dari rasa kecewa yang kami dapatkan yaitu anugerah telah mengenal kalian dan bersyukur.


Cerita kali ini hanya menggambarkan lelah yang tak berujung, lelah yang entah sampai kapan bisa di simpan dan hanya waktu yang bisa menjawab. Entah untuk waktu dekat atau hingga bertahun-tahun kedepan untuk kami menunggu.

Komentar